Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuuh
Salam GenRe !! Generasi Berencana !!
A. Pengertian
komunikasi
Pembangunan, termasuk pembangunan disektor kesehatan tidak
akan berjalan dengan baik dan efektif tanpa adanya proses komunikasi.
Komunikasi disektor kesehatan bukan saja diperlukan untuk melibatkan seluruh
komponen masyarakat agar berpartisipasi dalam pembangunan kesehatan, tetapi juga
diperlukan untuk memperoleh dukungan politik dan kebijaksanaan dari para
pejabat penyelenggara negara/pemerintah, baik eksekutif maupun legislatif, dan
para pejabat lintas sektor yang lain.
Ilmu komunikasi merupakan cakupan ilmu sosial yang bersifat
multisipliner. Istilah komunikasi dalam bahasa inggirs “communication” berasal
dari “Communicatus” dalam bahasa latin yang artinya “berbagi” atau “menjadi
milik bersama”. Dengan kata lain menurut Iexicographer (ahli kamus bahasa)
menunjuk pada suatu upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan
atau kesepakatan.
Secara teoritis pengertian konsep komunikasi dapat
dijelaskan berdasarkan bentuk-bentuk pengertian berikut.
a. Pengertian
etimologis
Komununikasi berasal dari bahasa latin : “Communication”
yang bermakna pemberitahuan, pertukaran pikiran atau partisipasi.
“communicare”, yang berarti : mengumumkan, bertukar pikiran, informasi dan
perasaan atau menciptakan hubungan yang baik. Sedangkan kata “communis” berarti
: bersifat umum, milik bersama, atau berlaku di mana-mana.
b. Pengertian
terminologis
Pengertian ini menekankan pada proses. Jadi, kominikasi
berarti proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain.
c. Pengertian paradigmatis
Pengertian ini mkenekankan pada tujuan tertentu yang ingin
dicapai dalam menyampaikan pesan dapat dilakukan dengan berbagai cara : lisan,
tulisan tatap muka, melalui media massa (surat kabar, majalah, televisi, radio,
film, dan internet) atau media non massa (surat, telepon, dan sebagainya).
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain
untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat atau perilaku, secara langsung atau
tidak langsung.
Lebih rinci Frank E. X. Dance (1976) dalam bukunya “Human
Communication Theory” menginventarisasi defenisi komunikasi dari beberapa ahli,
antara lain : Defenisi komunikasi dari Hovland, janis dan Kelley (1953) bahwa :
Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan
stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau
membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak)
Menurut Harold. D. Laswell (1960) bahwa :
Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang
menjelaskan “siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa dan dengan
akibat atau hasil apa”. (Who ? sayas what ? in which channel : to Whom ? With
What effect?.
Secara khusus komunikasi kesehatan masuk dalam lingkup
komunikasi manusia (Human Communication). Secara khusus komunikasi kesehatan
secara spesifik memfokuskan pada transaksi kesehatan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi transaksi tersebut. Menurut pettegrew (1982) terjadi antara para
ahli kesehatan dan antara para ahli kesehatan dengan klien (pasien), khususnya
dalam hal-hal komunikasi kesehatan. Transaksi ini dapat berbentuk verbal atau
nonverbal, lisan atau tulisan, personal atau in terpersonal, dan isu-isu yang
berorientasi pada hubungan.
Tingkat komunikasi kesehatan dapat mencakup semua
unsur-unsur level atau tingkat komunikasi antara lain :
Komunikasi interpersonal, meliputi interaksi langsung antara
para ahli kesehatan dengan para pasien. Disiplin ilmu komunikasi kesehatan yang
berada pada area ini adalah psikologi kesehatan, sosiologi pengobatan,
komunikasi biomedik, perilaku pengobatan, perilaku kesehatan, dan komunikasi
medical.
Komunikasi kelompok kecil, meliputi pertemuan, laporan staf,
dan interaksi tim-tim keseahatan
Komunikasi organisasi, meliputi administrasi rumah sakit,
hubungan dengan staf, iklim komunikasi organisasi.
Komunikasi publik, meliputi presentasi, pidato.
Komunikasi massa, meliputi cakupan dalam level nasional dan
program-program kesehatan dunia, promosi kesehastan dan perencanaan kesehatan
masyarakat.
Pada dasarnya komunikasi berlangsung dalam suatu proses yang
merupakan urutan atau rangkaian kegiatan tindakan atau peristiwa dari beberapa
komponen untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan demikian komunikais
memiliki karakter yang dinamis, interaktif, transaksional, berlangsung dalam konteks
fisik, konteks sosial dan sebagainya.
B. Pengertian
informasi
Informasi adalah pesan yang disampaikan seseorang
komunikator kepada komunikan. Menurut Rakhmat (1986), proses informasi meliputi
empat tahap, yakni tahap sensasi, persepsi, memori dan berpikir. Tahap sensasi
merupakan tahap yang paling awal dalam penerimaan informasi melalui alat
indera, sehinnga individu dapat memahami kualitas fisik lingkungannya.
Selanjutnya individu mepersepsikan objek, peristiwa, atau pun hubungan-hubungan
yang diperoleh, kemudian menyimpulkan atau menafsirkan informasi tersebut.
Sensasi yang telah dipersepsikan oleh individu direkam oleh memori.
Memori berperan penting dalam mempengaruhi baik persepsi
maupun berpikir. Dengan memori inilah informasi dapat direkam, disimpan, dan
kemudian digunakan kembali, jika diperlukan. Tahap terakhir proses pengolahan
informasi adlah berpikir, yang mempengaruhi penafsiran individu terhadap
stimuli. Berpikir dilakukan untuk memahami realitas dalam rangka mengambil
keputusan, memecahkan persoalan, dan menghjasilkan pengetahuan baru. Proses
pengolahan informasi ini akan dapat menimbulkan suatu perubahan pada sikap atau
tindakan individu.
Menurut Aristoteles (dalam fisher, 1986), (dalam Tina
Afianti, 2007), informasi dapat digunakan sebagai alat persuasi. Informasi
dapat digunakan untuk mebujuk dan mempengaruhi perilaku manusia, atau untuk
mengubah perilaku manusia, sesuai yang diinginkan pemberi informasi. Melalui
informasi individu mendapatkan pengetahuan.
Dalam pendekatan konstruktivisme, menurut Edgen dan kauchack
(1997), dalam (Afiatin, 2007), pengetahuan adalah hasil konstruksi individual
dalam terhadap realitas. pemahaman individu tentang realitas, atau pengetahuan,
atau pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi pengalaman aktifnya sendiri
dari pada presentasi orang lain. Individu menggunakan pengalaman mereka secara
aktif untuk membangun pengertian yang
bermakna bagi mereka. Pengetahuan dibangun melalui kreasi yang terus menerus,
individu aktif memformulasikan hipotesis baru ketika terjadi perbedaan antara
pengetahuan yang dimiliki dengan observasi baru. Pengetahuan dibangun melalui
pengalaman langsung, interaksi guru dengan murid, serta antara murid yang satu
dengan murid yang lainnya.
Peningkatan pengetahuan terhadap penyalahgunaan Napza dapat
mempengaruhi sikap individu, dan selanjutnya hal ini juga akan mempengaruhi
perilakunya. Blom (1964) dalam (Tina Afiatin, 2007), menyebutkan bahwa eratnya
hubungan antara pengetahuan dan pembentukan sikap telah banyak dibuktikan lewat
berbagai penelitian. Sejak adanya kesediaan untuk menerima, memberikan
perhatian membedakan nilai dan arti serta mengorganisasikan informasi mulai
berlangsung pada diri seseorang. Proses ini penting sebagai dasar dalam
meyakini informasi untuk dipertimbangkan dalam menyikapi permasalahan.
Peningkatan kesadaran dan pengetahuan tentang Napza/Narkoba
dilakukan melalui program yang mendasarkan pada informasi (Olson, dkk., 1992),
(dalam Tina Afiatin, 2007). Asumsi yang mendasari program ini adalah bahwa
dengan meberikan kesadaran dan pengetahuan remaja tentang bahaya penyalahgunaan
Napza, maka pilihan penolakan terhadap penyalahgunaan Napza benar-benar
diyakini.
Hasil penelitian Horan dan Horrison (dalam Oson dkk., 1992)
menunjukan bahwa individu yang mendapatkan program yang mendasar pada pemberian
informasi memiliki tingkat pengetahuan tentang penyalahgunaan Napza lebih baik
dari pada individu yang tidak mendapatkan program. Informasi mempunyai peranan
dan dampak besar dalam kehidupan seseorang. Informasi dapat digunakan untyuk
mengubah perilaku seseorang sesuia dengan apa yang diinginkan oleh pemberi
informasi.
Melalui informasi dapat mengarahkan seseorang pada perilaku
pencapaian tujuan seperti yang diinginkan seseorang. Selain itu informasi dapat
pula membantu seseorang dalam mengatasi sejumlah masalah yang dihadapi, dan
membuat seseorang lebih siap menghadapi situasi yang belum dikenal (fisher,
1986). Informasi-informasi yang telah diterima oleh individu selanjutnya akan
membentuk pengetahuan yang dimilki seseorang.
Dengan memberikan informasi tentang cara mencapai hidup
sehat, cara – cara mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara
menghindari penyakit, dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang hal tersebut. Selanjutnya dengan pengetahuan – pengetahuan itu akan
menimbulkan kesadaran mereka, dan akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku
sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya itu. Hasil atau perubahan perilaku
dengan cara ini memakan waktu lama, tetapi perubahan yang dicapai akan akan
bersifat langgeng karena didasari oleh kesadaran mereka sendiri (bukan karena
paksaan).
Dengan memberikan informasi tentang cara mencapai hidup
sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit, dan sebagainya
akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut. Selanjutnya
dengan pengetahuan – pengetahuan itu akan menimbulkan kesadaran mereka, dan akhirnya
akan menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya
itu. Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini memakan waktu yang cukup
lama, tetapi perubahan yang dicapai akan akan bersifat langgeng karena didasari
oleh kesadaran mereka sendiri (bukan karena paksaan).
C. Pengertian
Edukasi Kesehatan
Menurut Ross (1998) dalam (Afiatin, 2007), pendidikan yang
berusaha mengubah pengetahuan, sikap dan perilaku, lebih penting dibandingkan
hanya sekedar memberikan informasi tanpa disertai usaha pembentukan sikap dan
perubahan perilaku nyata. Haloran (1970) menyatakan bahwa interaksi dengan
tatap muka langsung antara pihak penerima pesan dean pihak penyampai pesan
merupakan intervensi dua arah yang lebih memungkinka untuk menghasilkan
perubahan. Dengan demikian peningkatan pengetahuan yang bertujuan untuk
mengubah sikap akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara tatap muka
langsung.
Upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku
kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan iformasi,
meberikan kesadarn, dan sebagainya, melalui kegiatan yang disebut pendidikan
atau penyuluhan kesehatan. Memang dampak yang timbul dari cara ini trhadap
perubahan perilaku masyarakat memakan waktu yang lama, dibanding dengan cara
koersi. Namun demikian bila perilaku tersebut berhasil diadopsi masyarakat,
maka akan langgeng, bahkan selama hidup dilakukan.
Dalam rangka pembinaan dan peningkatan perilaku kesehatan
masyarakat, tampaknya pendekatan edukasi (pendidikan kesehatan) lebih tepat
dibandingkan dengan pendekatan koersi. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan
kesehatan adaalah suatu bentuk intervensi atau upaya yang ditujukan kepada
perilaku, agar perilaku tersebut kondusif untuk kesehatan. Dengan perkataan
lain pendidikan kesehatan mengupayakan perilaku individu, kelompok, atau
masyarakat mempunyai pengaruh positf terhadap pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan.
Salam Kami ; PIK-R MANDALA
No comments:
Post a Comment